Mengelola Sisa Konsumsi (Sampah) Rumah Tangga

Sekitar 60 persen sisa konsumsi (sampah) yang dihasilkan setiap rumah tangga merupakan sampah organik. Kebayang ga berapa banyak sampah organik ini yang tertimbun di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) seperti Leuwi Gajah  - Bandung namun karena longsor tahun 2005 lalu dipindahkan ke TPA Sari Mukti (cmiiw) atau Bantar Gebang - Jakarta. Ibukota Jakarta sendiri menghasilan 2 ton sampah setiap harinya yang merupakan gabungan dari sampah Orgcanik dan An organik. 
Alangkah baiknya bila kita ikut ambil bagian, peduli akan penanggulangan sampah yang di mulai dari rumah. 
Mengelola sampah organik di rumah memang tidak bisa dikatakan mudah, tapi menurut saya tidak sulit juga. Memang membutuhkan effort yang luar biasa, konsistensi, disiplin, waktu dan tekad yang bulat khususnya ketika kita tidak mendapatkan dukungan dari orang orang rumah.
Pun bila kita tidak tepat dalam mengelola akan menimbulkan dampak berupa bau bauan yang tidak sedap juga tumpukkan sisa konsumsi yang bertebaran dimana mana. I 've been through this hahaha ...
Saya sendiri mengelola sisa konsumsi rumah tangga dengan cara memisahkan sisa konsumsi berdasarkan beberapa kategori. Awalnya saya mencampurkan semuanya dalam lubang biopori, memang aman. Hanya saja lubang yang saya miliki tidak mampu menampung semua sisa konsumsi saya setiap hari. Lalu saya mulai beralih pada ember komposter, disini masalah dimulai. Ketika saya tidak menyortir sisa makanan yang masuk alias main gabrus semuanya, bau yang tidak sedap mulai mewarnai udara sekitar rumah. Ditambah komposter saya yang sistem aerob membutuhkan banyak udara tapi saya malah jarang membuka tutupnya. Alhasil komposter saya menjadi becek dan berbau. 
Begitulah ... pada dasarnya belajar mengompos merupakan sebuah proses panjang. Memberi kita masalah masalah saat menjalankan prosesnya tapi disitulah ilmu yang kita peroleh, kita akan tahu apa saja yang harus dimasukkan dalam komposter bagaimana memperlakukannya hingga kita memperoleh feel sendiri. Tak jarang setiap orang memiliki cara masing masing dalam mengelola komposternya. Karena sifatnya kasuistik. Well, setiap rumah memiliki sajian berbeda di atas piringnya kan?
Oke , sekarang saya akan memberi clue soal pengkategorian sampah di rumah, menurut versi saya.

1. Sisa konsumsi potongan buah dan sayur segar.


Saya memasukkan sisa konsumsi ini dalam komposter. Baik komposter ember maupun karung. Aroma segar buah tidak akan membuat bau. Untuk buah - buahan tertentu seperti jeruk, nanas, apel kulit dan potongan buahnya tidak langsung saya buang dalam komposter akan tetapi dibuat dulu menjadi ecoenzym /enzym cleaner yang bisa digunakan sebagai cairan pembersih. 

2. Sisa konsumsi lauk



Untuk lauk pauk biasanya saya berikan pada hewan kucing. Saya taruh dalam piring plastik di depan pagar rumah. Biasanya kucing akan berdatangan dan dalam beberapa jam akan habis. Pun dengan sisa nasi basi, saya gantung dalam kantung plastik di pagar, nanti akan datang orang yang mengambilnya. Biasanya para pemilik ayam mengumpulkan nasi ini untuk diberikan pada hewan peliharaannya.

3. Sisa air cucian beras
Disebut juga air leri, saya gunakan untuk menyiram tanaman karena kandungan vitamin  didalamnya bisa menyuburkan tanaman. Selain itu saya juga menggunakan air leri ini untuk pembuatan ecoenzym bisa di baca disini https://danishomeproject.blogspot.com/2020/05/siklus-hidup-buah-jeruk.html?m=1
juga pembuatan Tea Compost
https://youtu.be/34aoSPLVCU0



4. Cangkang telur


Sisa cangkang telur bisa dibuat sebagai pengusir hama tanaman. Ditumbuk halus terlebih dahulu sebelum disebar di atas tanah. Oh ya bila ingin mengumpulkan cangkang telur sampai jumlahnya banyak jangan lupa untuk mencucinya terlebih dahulu karena aromanya tidak sedap bila dikumpulkan tanpa dicuci lebih dulu. Selain itu meninggalkan noda hitam pada wadahnya. Cangkang telur juga digunakan dalam pembuatan Tea Compost

5. Ampas teh / kopi


Sisa konsumsi teh, ampasnya saya keringkan untuk dimasukkan dalam komposter. Membutuhkan sekitar 70 persen unsur cokelat dalam proses mengompos. Yang termasuk unsur cokelat diantaranya adalah : sekam, jerami, daun kering, tanah, kardus, atau kertas. Berhubung saya agak sulit menemukan unsur cokelat, saya punya inisiatif sendiri untuk mengeringkan ampas teh dan menjaadikannya unsur cokelat dalam kompos. Oh ya, unsur cokelat ini fungsinya untuk menyerap air yang dihasilkan oleh sisa konsumsi organik, sehingga kompos menjadi lembab dan tidak becek. Sedangkan ampas kopi saya keringkan untuk digunakan sebagai scrub wajah, juga pembersih alat dapur yang fungsinya mirip abu gosok.

Itulah beberapa upaya saya dalam mengelola sisa konsumsi rumah tangga. Masih banyak sebenarnya sisa konsumsi yang bisa kita olah menjadi sesuatu yang bermanfaat sebelum berakhir menjadi kompos. Salah satunya pemanfaatan kulit dan kepala udang. Kapan kapan saya share  bila sudah eksekusi yaaa ... masih menunggu mood untuk mengelola sisa konsumsi udang ini. Karena setelah saya berikan pada kucing butuh waktu untuk mereka makan, mungkin karena saya merebusnya dengan air garam terlebih dahulu agar tidak menimbulkan bau. Daaan ternyata rasa garam tidak cocok di lidah kucing temans .... 

Jadi memang butuh usaha dalam mengelola sisa konsumsi rumah tangga. Memilah mereka ke dalam wadah wadah yang berbeda. Memberikan perlakuan yang berbeda pula untuk setiap kategorinya. Bagi saya mengelola sisa konsumsi merupakan petualangan yang menyenangkan dimana selalu ada hal hal baru yang saya peroleh ketika menjalankannya. Bertemu dengan kompos, bersahabat dengan ecoenzym, berdampingan dengan pertumbuhan biji, berteman dengan ampas kopi, dan mulai mengharapkan kucing datang ke rumah untuk menghabiskan sisa lauk. Padahal dulu sering banget saya usir karena selalu pakai kursi teras untuk tempatnya bersantai. Banyak yang berubah dalam hidup saya. Ada filosofi yang saya ambil dalam mengelola  sisa konsumsi rumah tangga ini. Semoga hal yang sama bisa terjadi juga pada kalian yaaa ....


No comments:

popular post

top navigation

Powered by Blogger.