Waste and My Life Style

Awalnya saya cuma concern tentang masalah sampah. Ternyata awal yang begitu sepele membawa dampak yang lebih luas dalam kehidupan dan gaya hidup saya.

Dimulai dengan cegah ( honestly masih sulit dilakukan dan selalu feeling guilty saat membuang sampah plastik di tempat sampah) pilah dan olah.
Saya beranjak ke arah tanaman rempah rempah dan buah. Sebelumnya saya hanya mengoleksi tanaman hias saja untuk membuat rumah lebih hijau dan asri. Sekarang saya mencoba menanam rempah dan biji di tanah yang tersisa di teras rumah. Mengolah sisa konsumsi dan memberi kompos pada tanaman agar lebih subur. Mencari tau bagaimana cara menanam dari biji atau sisa potongan buah dan sayur. Juga cara cara mencegah hama dengan menggunakan bahan bahan yang aman tanpa mengandung zat kimia. Salah satunya dengan menggunakan cangkang telur, sampah yang saya hasilkan hampir setiap hari.


Lebih jauh lagi, saya berusaha menggunakan wadah sendiri untuk membeli  makanan siap saji misalnya bubur ayam, kupat tahu dll. Membawa botol minuman saat bepergian agak lama (masih dalam proses kadang kadang lupa bawa) dan saputangan.

Membawa kantong belanja sendiri saat belanja bulanan, masih belajar membawa kantong belanja ke pasar tradisional. Mencuci piring dengan menggunakan gambas yang bisa terurai tanah (dalam kurun waktu dua minggu), bila sudah tidak digunakan lagi.

Menggunakan baju baju lama, pemberian orang , lungsuran, second, hadiah, merchant, seragam dsb. Untuk meminimalisir pembelian baju. Berlaku pula untuk sepatu aksesoris, buku buku, furniture rumah dan peralatan rumahtangga.

Membeli dengan cara bulky (dalam jumlah besar) untuk mengurangi penggunaan kemasan. Membeli fresh food (ikan buah sayur) bukan makanan olahan , juga membeli makanan cemilan dalam bentuk kiloan (ditimbang) dengan membawa wadah sendiri. Mengolah leftover (sisa makanan) jangan sampai terbuang percuma. (ex : nasi sisa semalam dibuat nasi goreng pagi, sisa sayur sop campur dalam omelet telur).

Mengolah kulit sisa buah menjadi ecoenzym (cairan yang diperoleh dari hasil fermentasi sampah dapur) yang bisa digunakan  sebagai pembasmi hama, dan cairan pembersih (masih dalam percobaan).

Saat ini saya sedang  melirik penggunaan reusable menstrual pad karena untuk  menggunakan reusable menstrual cup saya masih belum berani. Cotton pad sebagai pengganti kapas. Shampoo dan soap bar. Wood cotton bud dll. Intinya menggunakan barang barang yang bisa diurai oleh tanah saat sudah tidak bisa terpakai lagi juga untuk mengurangi sampah kemasan.

Untuk penggunaan barang barang saya usahakan di reuse (ex : mangkok yang pecah bisa digunakan untuk pot bunga, sisa bahan difungsikan menjadi celemek atau pouch, alih fungsi furniture dll)

Masih ada lagi yang belum saya coba yaitu menghindari penggunaan air dalam botol dan cup saat ada acara perjamuan di rumah. Riskan memang menggunakan gelas saat ada acara. Kejadian isi gelas tumpah dan mencucinya saat selesai acara adalah hal yang ingin kita hindari.

Mari kita flashback sejenak. Saat kita masih kecil dulu (saya remaja angkatan 90) nenek saya selalu menyediakan berbagai jamuan dalam piring dan gelas asli tanpa plastik ( dulu blm ada air botol dan cup, teh botol dan coca cola pun masih dalam botol kaca ) dan seingat saya semua baik baik saja. Ada kerjasama saat acara selesai, saling bantu membersihkan piring dan gelas sambil bersenda gurau.

Untuk bingkisan, saya ingat dulu masih menggunakan besek yang terbuat dari anyaman bambu. Saat ini dus dan plastik mika masih merajai, ditaruh dalam kresek pula.

Masih butuh effort yang lebih besar dan lebih banyak. Tapi prosesnyalah yang saya nikmati, tanpa tegesa. Saya harap bila dilakukan dengan konsisten akan membentuk kebiasaan baru yang dapat menyelamatkan bumi dan manusia.

We don't need a handful of people doing zerowaste perfectly. We need millions of people doing it imperfectly
- Anne Marie Bonneau -




No comments:

popular post

top navigation

Powered by Blogger.