Magic Compost and Google Lens to Identify Plants

Ho Ho Ho 

It's magic you know 

Never believe it's not so

It's magic you know 

Never believe it's not so 


Penggalan lagu berjudul Magic dari grup band Pilot terus terngiang di kepala saat melihat bibit yang tumbuh di sebelah tanaman lidah buaya.

Karena penasaran saya menggunakan google lens untuk mencari tahu jenis tanaman yang tumbuh. Iya, sekarang mudah sekali untuk mencari tahu jenis atau nama tanaman yang tumbuh hanya dengan memfoto daunnya. Dengan keakuratan identifikasi lebih tinggi 92,6% dibanding aplikasi Plan Net dan Flora Incognita. Meski demikian akurasinya bervariasi tergantung pada kompleksitas objek dan kejelasan gambar.

Bagi saya yang nanamnya suka ngasal google lens ini sangat ngebantu banget. Apalagi bibit yang tumbuh berasal dari benih yang ada di dalam kompos. 

Biji biji dari buah dan sayur yang saya kompos itu terlihat seperti kompos saja, hitam lembab bahkan cenderung kering seperti pasir ketika sudah lama tidak digunakan. Namun ternyata biji biji ini menjadi aktif setelah tercampur dengan tanah dan air.

Buktinya setelah saya gunakan kompos ini untuk menyuburkan tanaman lidah buaya yang hampir mati, benih itu tumbuh menjadi bibit setelah dicampur dengan tanah dan disiram air. Sebelum menggunakan kompos tanaman lidah buaya hanya tumbuh sendirian dalam pot. 


My magic compost


Bulan Mei 2025 saya men treatment tanaman lidah buaya yang busuk karena setiap hari disiram air sama Eyang Kakung. 

Jika lidah buaya diberi terlalu banyak air, akar tanamannya akan membusuk karena kekurangan oksigen, daunnya akan menjadi kurus, lembek, dan lembap. Dalam kasus yang parah, penyiraman berlebihan dapat menyebabkan tanaman mati.

Karena doi termasuk jenis tanaman sukulen yang memiliki kemampuan menyimpan air dalam daunnya yang tebal, berdaging dan berair serta memiliki karakteristik fisiologis yang membuatnya tahan kekeringan dan efisien dalam penggunaan air, penting untuk membiarkan tanah menjadi kering diantara penyiraman.

Jadi saya pindahkan tanaman lidah buaya ini ke rooftop supaya mendapat sinar matahari langsung untuk menyerap kadar air berlebih dalam media tanamnya.


benih yang menjadi bibit tanaman 
  dari kompos


Ga nyangka di bulan berikutnya tumbuh bibit tanaman di samping tanaman lidah buaya. Tadinya saya pikir tanaman liar yang biasa tumbuh tapi dibiarin aja karena males bersihin hehehe .... 

Bulan Agustus tanamannya bertambah tinggi, jadi saya cari tahu tanaman apa sih yang tumbuh ini. Dengan menggunakan google lens saya langsung tahu nama tanamannya hanya dengan memfoto daunnya. Ternyata ini adalah tanaman cabe!


Dikira cengek 


Bulan September buah cabe sudah muncul tapi karena ukurannya masih kecil saya pikir itu cengek bukan cabe. Untung ga langsung dipetik karena ingin liat perubahan warna menjadi merah.


Cabe tanjung 

Ternyata doi ga berubah warna tapi bertambah ukurannya menjadi lebih besar. Yup ... google lens ga salah itu memang tanaman cabe , jenis cabe tanjung! Yeay ...

Karena di dapur suka bikin masakan dengan bumbu dasar cabe tanjung buat sambel, nasi goreng, balado dll, jadi bijinya sering dibuang ke dalam komposter. Sempat mikir buat beli bibit cabe tanjung biar tinggal petik kalau lagi butuh. Eee .. ternyata tanpa perlu beli bibit tumbuh sendiri di pot. Seperti kata pepatah pucuk dicinta ulam pun tiba (mendapat sesuatu yang lebih dari yang diharapkan) ini karena kebaikan alam.


Piknik di rooftop sambil ngecek tanaman.


Sekarang setiap menanam tanaman dengan menggunakan kompos sebagai media tanam, menanti kejutan kecil yang akan muncul. 
Meski tidak menjadi satu keniscayaan akan ada tanaman lain yang akan tumbuh tapi muncul rasa penasaran dan semangat saat menanam dengan menggunakan media tanam kompos.



2 comments:

  1. Memang kl bs berkebun enak, bahan sederhana yg diperlukan buat masak ada di kebun

    ReplyDelete
  2. Betul mba meski ga seberapa hasilnya tapi rasanya menyenangkan ...

    ReplyDelete

popular post

top navigation

Powered by Blogger.