nongkrong di cafe |
sepatu trendy |
Gaya hidup pun berbicara tentang kebiasaan sehari hari. Bagaimana cara bangun pagi, membugarkan diri, membuat rumah menjadi rapi, menciptakan udara bersih, merawat tanaman alami, mengelola isi lemari, berbelanja tanpa plastik, memilih makanan yang bergizi, sampai mengolah sisa konsumsi.
merapikan rumah |
merawat tanaman alami |
berbelanja tanpa plastik |
mengelola sisa konsumsi |
Gaya hidup, menghasilkan sampah dari barang barang maupun makanan yang dikonsumsi. Pakaian, sepatu, handphone dan jam tangan yang digunakan menghasilkan box dan kemasan plastik. Kendaraan menambah polusi dan kemacetan. Satu cup kopi cafe menghasilkan wadah sekali pakai berikut sedotan plastik.
Pun saat mengkonsumsi makanan. Sampah makanan merupakan sampai yang paling banyak dihasilkan. Berapa banyak makanan tersisa di restoran mewah maupun fastfood, pun di warung warung makan. Belum lagi bila kita hitung makanan sisa yang dihasilkan di setiap rumah.
Menurut CEO Surplus Indonesia Agung Saputra mengatakan, ada 1,3 Milyar ton makanan yang terbuang di Indonesia setiap tahunnya. Angka tersebut cukup fantastis , mengingat masih banyak orang orang yang hidup dibawah garis kemiskinan. Dimana mereka dilanda lapar setiap hari.
Jadii data diatas seharusnya membuat masyarakat sadar bahwa makanan yang diperoleh jangan sampai menjadi sampah.
Ada banyak cara menyiasati agar makanan tidak berakhir di tempat sampah, diantaranya :
1. Menghabiskan makanan yang kita makan karena makanan yang tak bersisa di piring tidak akan menghasilkan sampah.
2. Membuat perencanaan menu makanan mengoptimalkan makanan yang tersimpan di dalam kulkas. Sering terjadi makanan yang tersimpan dalam kulkas malah tak sempat diolah yang akhirnya menjadi busuk atau expired ujung ujungnya masuk ke tempat sampah. Sayang sekali kan?
3. Cara menyimpan bahan makanan juga mesti diperhatikan. Berapa lama buah dan sayur bisa bertahan dalam kulkas? jenis sayur dan buah seperti apa yang tidak dapat dimasukkan ke dalam kulkas? Makanan yang dibeli lebih awal yang lebih dulu dikonsumsi (First in First Out)
4. Perkirakan porsi saat memasak, bila anggota keluarga hanya dua orang tidak perlu membuat 4-5 porsi makanan. Makanan saat ini sangat variatif biasanya cenderung bosan bila makan makanan yang sama berkali kali.
5. Bila ada makanan yang bersisa, bisa diolah lagi menjadi makanan baru. Misalnya nasi semalam yang tidak habis bisa dibuat nasi goreng untuk sarapan pagi. Bakso dalam sup yang tak habis bisa dibuat bakso bakar sebagai cemilan.
6. Memberikan pada orang lain makanan yang tidak sempat atau tidak akan kita makan. Misalnya jika akan bepergian jauh dan masih ada stok makanan yang sekiranya akan kadaluarsa atau busuk saat kembali nanti, sebaiknya berikan saja pada tetangga atau saudara. Mereka dengan senang hati akan menerimanya.
7. Memberikan sisa makanan pada binatang. Sisa nasi yang sudah tidak layak makan bisa diberikan pada ayam atau burung. Sisa lauk bisa diberikan pada kucing. Memiliki hewan peliharaan mampu meminimalisir membuang sisa makanan ke tempat sampah.
8. Mengompos. Sampah makanan bisa masuk dalam komposter yang nantinya akan menghasilkan kompos yaitu pupuk yang bisa menyuburkan tanah dan tanaman. Cara mengompos cukup mudah ada berbagai macam teknik mengompos yang bisa dilakukan tinggal pilih saja.
kompos cair dan padat |
Di rumah, saya mengompos sisa makanan dengan cara aerob dan non aerob. Kompos yang dihasilkan adalah kompos cair dan kompos padat. Cukup menghemat biaya bagi saya yang menyukai tanaman karena tak perlu membeli pupuk lagi.
komposter anaerob |
komposter aerob |
garu pengaduk kompos |
9. Membuat ecoenzym. Sampah makanan tidak hanya dihasilkan dari makanan yang tak habis tetapi juga kulit dari buah buahan dan sayuran. Untuk buah buahan yang memiliki kadar enzym yang tinggi seperti lemon, apel dan nanas (bisa tercium dari aromanya yang menyengat) kulitnya bisa difermentasikan dan menghasilkan ecoenzym. Manfaat ecoenzym antara lain untuk mengepel lantai, membasmi hama , membersihkan kamar mandi, mencuci piring, membersihkan baju, membersihkan permukaan kaca, pupuk tanaman juga membersihkan sayur dan buah dari pestisida.
ecoenzym kulit jeruk |
10. Membuat makanan atau minuman dari kulit buah dan sayur. Aneh mungkin kedengarannya tapi saya sendiri pernah membuat tepache minuman asal meksiko yang terbuat dari kulit nanas. Juga menggunakan scrap sayuran sebagai broth untuk membuat makanan berkuah.
tepache |
kulit nanas |
broth sayuran |
Gaya hidup bebas sampah makanan ini bisa diterapkan secara perlahan. Orang jawa bilang alon alon asal kelakon. Ga perlu buru buru menerapkan semuanya. Jalankan sekiranya yang paling mudah dilakukan.
Pertama kali saya menerapkan gaya hidup minim sampah makanan dengan cara mengompos. Kenapa? karena saya mengetahui fakta bahwa sampah makanan menghasilkan gas metan yang mampu meledakkan TPA Leuwi Gajah pada tanggal 21 Februari 2005. Namun bila diolah dengan baik sampah makanan ini justru menjadi nutrisi bagi tanah.
Dengan demikian kehidupan yang sustainable dapat berlangsung. Manusia mengambil dari bumi (makanan) dan memberikan kembali pada bumi (kompos) sehingga bumi bisa terus menyediakan apa yang dibutuhkan oleh manusia. Indah bukan?
Naah, bermula dari mengompos berlanjut dengan membuat ecoenzym lalu memperpanjang usia makanan dengan membuat tepache sebelum kulit nanas masuk dalam komposter. Memberi makan binatang dan seterusnya dan seterusnya. Dari sampah makanan ini kita bisa belajar banyaaak sekali. Jadi banyak pengetahuan baru.
Untuk pembuatan ecoenzym dan tepache bisa scroll di blog saya yaa...
By the way bekas minyak goreng termasuk sampah makanan bukan? karena saya menggunakan minyak jelantah untuk membuat sabun cuci ... kedip.
sabun dari minyak jelantah |
Okee .... Akhir kata saya cuma mau bilang Selamat Idul Fitri ... eh maksudnya Selamat menerapkan gaya hidup bebas sampah makanan !!! (dhn).
Sayonara
Disclaimer :
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Gaya hidup Minim Sampah Makanan yang diselenggarakan oleh Bandung Foodsmartcity.org
Sumber :
Buku Menuju Rumah Minim Sampah Karangan DK.Wardhani
okezone.com
Pengalaman membuat kompos, ecoenzym dll.
No comments: