Review Sampah di Kamar Hotel

Liburan kali ini kami sekeluarga melakukan trip antar kota Bandung - Jakarta - Serang. Meski masih dalam kondisi pandemi (deuh nakal ya). Setidaknya protokol kesehatan selalu diutamakan. Jaga Jarak, Cuci Tangan dan Pakai Masker. 

Sebenarnya liburan hanya selingan, tujuan utamanya silaturahmi keluarga dalam acara arisan dan antar mamah berobat ke kota kelahirannya. Kebetulan acara arisan berada di kota kelahiran mamah. 

Karena mamah sakit maka perjalanan tidak langsung ke kota tujuan tapi menginap dulu di Jakarta, di rumah salah satu anaknya (red - adikku).

Esoknya kami  berangkat ke kota tujuan untuk menghadiri arisan keluarga. Ternyata lokasi tujuan, daerah Walantaka Serang tidak mudah ditemukan oleh google. Kami malah nyasar, jauh melewati lokasi. Ealah mbah google tak selamanya benar. Jadi kami minta dijemput si pemilik acara, sepupu dari pihak bapak. Itupun setelah keliling selama satu jam mengandalkan Mr. google.

Setelah temu kangen dan makan makan (you know lah arisan) plus siraman rohani karena ada tante yang biasa memberikan ceramah, kami istirahat menuju hotel. 

Sebenarnya banyak saudara di kota Serang, notabene banyak tempat menginap. Tapi mamah sakit, jadi butuh privasi dan tempat yang tenang. Harap maklum. Saya dan suami sih asik asik aja kalau menginap di rumah saudara. Lebih seru. 

enjoying the room


Kami sekeluarga menginap di hotel Horison-ultima-ratu-serang. Meski ada sedikit kendala teknis saat check in, namun akhirnya bisa teratasi. Lumayan saat sesi menunggu kami bisa menikmati lobi lebih lama sambil foto foto. Ambil sisi positifnya saja.

waiting


nice spot
 

wefie

lift yang slalu kosong


Hotel ini lokasinya hanya lima menit dari pintu tol Serang Timur. Karena kami berada di sekitar  Serang timur, maka hotel Horison inilah yang terdekat. 

Kebetulan lokasinya dekat daerah Kebon Jahe, tempat mamah ngontrak dulu awal menikah dan punya anak bayi, saya. 


Dari atas hotel ini mamah cerita, flashback ke masa lalu. Dulu masih ada sawah di sekitar Kebon Jahe sekarang sudah padat dengan rumah penduduk. Tahun 79 mamah ngontrak disini. You can predict how old I am haha ...


Setelah bapak dapat rumah dinas akhirnya pindah ke daerah kota baru jalan H.E.O Tarnaya. Bener bener napak tilas liburan kali ini.

Rumah zaman Belanda ini belum berubah masih sama keadaannya ketika ditinggal tahun 1992

Skip skip flashback ... kembali ke hotel. Kamar hotel cukup luas ada ruang tv dan makan dalam satu area berikut dua kamar tidur dan dua kamar mandi. Kayanya sih ukurannya lebih besar dari private home hehehe ....



Tapi yang saya akan bahas disini bukan apa yang ada  dalam kamar hotel. Tapi apa yang tidak ada dan kami butuhkan. 

Ada dua kamar yang kami tempati , otomatis ada empat orang dewasa yang terhitung. Sehingga kebutuhan  air minum cukup tinggi. Selain minum air mineral, kami juga membuat kopi dan teh menggunakan air panas dari teko pemanas air . Hmmm.... jadi ingat KM. Kambuna, yang pernah berlayar pasti ngeh. Pemanas air dan pop mie adalah sahabat lapar, sebelas duabelas dengan di hotel hahaha...

Tersedia dua botol kemasan air minum ukuran besar. Tapi tidak mencukupi kebutuhan kami. Pun ketika kami membawa air minum tambahan. Alhasil, kami bolak balik membeli air minum kemasan untuk memenuhi kebutuhan air minum. 

Kunjungan saudara, teman dan kerabat membuat kami membeli air minum dalam kemasan yang lebih kecil. Tidak mungkin menyediakan air minum kemasan satu liter karena gelas yang disediakan pihak hotel pun hanya bebebrapa saja. Hal ini justru menambah sampah kemasan botol plastik sekali pakai.

Saran saya  sih pihak hotel menyediakan air minum galon bukan dalam botol, khususnya untuk kamar yang menampung empat orang. Belum ditambah anak anak yang tergabung dalam tim.
Kan ga enak ya kalau kita bawa galon sendiri ke kamar hotel wkwkwk ...

Jika ada galon keuntungannya :
1. Mengurangi sampah kemasan air minum
2. Menghemat biaya
3. Menghemat waktu dan tenaga 
4. Lebih nyaman, kamar tidak dipenuhi botol bekas minum

Begitu juga dengan lunch dan dinner. Kami membeli makan di luar yang dibawa ke kamar hotel. Sebenarnya lebih praktis makan diluar, segingga kamar stay clean. Tapi karena mamah sakit, kami harus bawa makanan ke kamar. Rasanya terlalu lama kalau harus menunggu kami makan di luar. Jadi semua makanan take away. Akibatnya banyak sampah yang dihasilkan, tidak berimbang dengan tempat sampah mungil yang disediakan pihak hotel. 

There's must be something wrong, apa apa yang tidak berimbang pasti ada kesalahan. Jika pihak hotel menyediakan sampah berukuran mungil, prediksi mereka kita makan di luar atau pesan makanan di hotel (well, yang ini kayanya ga mungkin ... mihil siilnyi  hihihi) yang bisa meminimalisir sampah.

Breakfast include dalam pelayanan hotel. Hal ini amat sangat meminimalisir sampah. Habiskan semua makanan di atas piring maka tidak akan ada sampah tersisa. 


Letak resto yang bersebelahan dengan kolam renang, juga memberi keuntungan bagi tamu hotel yang datang bersama keluarga. Karena setelah berenang bisa langsung makan di resto yang masih satu area. Jadi tidak perlu membawa bawa makanan dalam plastik. Hanya saja waktu berenang harus disesuaikan yaitu saat sarapan pagi.



Well, setidaknya the guilty feeling atas sampah yang dihasilkan membuat kita tahu apa yang harus dipersiapkan saat kita menginap di hotel dan bagaimana menyiasatinya. 

Selamat Berlibur !












No comments:

popular post

top navigation

Powered by Blogger.